Rasulullah Muhammad S.a.w. bersabda: “al-Khilafatu fi ummatii
tsalaatsuna sanatan, tsumma mulkun ba’da dzalika”. Artinya: “Usia khilafah
dalam umatku adalah 30 tahun, kemudian setelah itu adalah sistem kerajaan” (HR Imam Ahmad No 21978 dan Tirmidzi
No.2226, ia mengatakan: ‘Hadis ini hasan’)
Kebenaran hadis di atas telah diteliti oleh ahli
hadis al-Hafidz as-Suyuthi, beliau mengatakan: “Masa Abu Bakar menjadi Khalifah
adalah 2 tahun, 3 bulan dan 10 hari. Umar adalah 10 tahun, 6 bulan dan 8 hari.
Utsman adalah 11 tahun, 11 bulan dan 9 hari. Ali adalah 4 tahun, 9 bulan dan 7
hari” (Tuhfat al-Ahwadzi Syarah Sahih Turmudzi 6/8). Jika digenapkan maka telah
sesuai dengan hitungan Rasullah S.a.w. yaitu sekitar 30 tahun.”
Rasulullah Muhammad
S.A.W. bersabda:
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَوَالَةَ
الأَزْدِىُّ أنه قال قَالَ : يَا ابْنَ حَوَالَةَ إِذَا رَأَيْتَ الْخِلاَفَةَ قَدْ
نَزَلَتْ أَرْضَ الْمُقَدَّسَةِ فَقَدْ دَنَتِ الزَّلاَزِلُ وَالْبَلاَبِلُ
وَالأُمُورُ الْعِظَامُ وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنَ النَّاسِ مِنْ
يَدِى هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ
“Wahai putra Hawalah, jika kamu
melihat khilafah sudah benar-benar turun di tanah yang suci, maka sungguh telah
dekat gempa, ujian hidup dan hal-hal besar. Kiamat di hari itu lebih dekat
kepada manusia dari pada tanganku ini ke kepalamu” [Musnad Ahmad no.22540, Sunan Abi Dawud No.2535, Al-Mustadrok
no.8309, Sunan al-Baihaqi no.18333, dan At-Tarikh lil Bukhari No.3615]
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ عَنْ فُرَاتٍ الْقَزَّازِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا
هُرَيْرَةَ خَمْسَ سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا
هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ
فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ
أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah
S.a.w. bersabda : “Dahulu bani israil selalu dipimpin oleh nabi, tiap mati
seorang nabi seorang nabi digantikan oleh nabi lainnya, dan sesudah aku ini
tidak ada nabi, dan akan terangkat sepeninggalku beberapa khalifah. Bahkan akan
bertambah banyak. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah apakah pesanmu kepada
kami? Jawab nabi: Tepatilah baiatmu pada yang pertama, dan berikan kepada
mereka haknya, dan mohonlah kepada Allah bagimu, maka Allah akan menanyai
mereka dari hal apa yang diamanatkan dalam memelihara hambanya.”
Abu Hazim berkata: “Saya
belajar kepada Abu Hurairah selama lima tahun. Aku pernah mendengarnya
menyampaikan hadits dari Nabi r yang bersabda: “Kaum Bani Israil selalu
dipimpin oleh para nabi. Setiap ada nabi meninggal, maka akan diganti oleh nabi
berikutnya. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku. Dan akan ada para khalifah
yang banyak.” Mereka bertanya: “Apakah perintahmu kepada kami?” Beliau
menjawab: “Penuhilah dengan membai’at, yang pertama, lalu penuhilah kewajiban
kalian terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah akan menanyakan mereka
tentang apa yang menjadi tanggung jawab mereka” (HR. Imam Muslim No.1842)
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، قَالَ:
كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ، فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ
الْخُشَنِيُّ، فَقَالَ: يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي الْأُمَرَاءِ ؟ فَقَالَ حُذَيْفَةُ: أَنَا
أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ، فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ، فَقَالَ حُذَيْفَةُ: قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ
مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا،
ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، فَتَكُونُ مَا
شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا،
ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا ، فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ، ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً ،
فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُخِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ نُبُوَّةٍ ”
ثُمَّ سَكَتَ. رواه أحمد
Dari Nu’man
bin Basyir, ia berkata, “Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw,
–Basyir sendiri adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan hadits Nabi
saw. Lalu, datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyaniy seraya berkata, “Wahai Basyir
bin Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang berbicara tentang para
pemimpin? Hudzaifah menjawab, “Saya hafal khuthbah Nabi saw.” Hudzaifah
berkata, “Nabi S.a.w. bersabda, “Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan
atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya,
jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan
‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan
datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu,
akan datang kepada kalian, masa raja yang
menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan
datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah
itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu
akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya.
Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah
yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam” (HR. Imam Ahmad no.17680)
Kapan Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian)
muncul?
Rasulullah Muhammad S.a.w. menjelaskannya:
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ
الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia ini tidak akan sirna
hingga seorang pria (Imam Mahdi) dari keluargaku yang namanya sama dengan
namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab.” [HR. Imam Tirmidzi no. 2230, dari ‘Abdullah bin Mas’ud. At Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan pula oleh ‘Ali, Abu Sa’id, Ummu
Salamah, dan Abu Hurairah, status hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Misykatul Mashobih 5452 bahwa hadits ini hasan]
Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
mengenai Imam Mahdi:
مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
“Dia berasal dari keluargaku.
Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun
sama dengan nama ayahku.” [HR. Imam
Abu Daud no. 4282, dari ‘Abdullah bin Mas’ud. Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِى مِنْ وَلَدِ
فَاطِمَةَ
“Imam Mahdi adalah dari
keluargaku dari keturunan Fathimah.” [HR. Abu Daud no. 4284, dari Ummu Salamah. Syaikh Al
Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud mengatakan
bahwa hadits ini shohih]
Dari Said bin Jubair dari ibn Abbas, ia
berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya para khalifahku dan wasiku
serta hujjah-hujjah Allah atas makhluk setelahku adalah dua belas orang, yang
pertama dari mereka adalah saudaraku dan yang terakhir dari mereka adalah
purtaku.’ Kemudian di tanyakan: ‘wahai Rasulullah siapakah saudaramu itu?’
Rasul bersabda: ‘Ali bin Abi Tholib’. Ditanyakan: ‘dan siapakah putramu itu?’
beliau bersabda: ‘dia adalah Mahdi yang akan memenuhinya (memenuhi bumi) dengan
keadilan sebagaimana bumi telah telah dipenuhi dengan kezaliman, sumpah demi
Zat yang mengutusku kepada manusia dengan kebenaran, seandainya dunia ini tidak
tersisa kecuali satu hari maka Allah pasti akan memanjangkan hari itu sampai
munculnya putraku Mahdi as, maka akan turun ruh Allah Isa bin Maryam dan akan
sholat dibelakangnya, maka bumi akan bersinar dengan cahayanya, dan akan sampai
kerajaannya di barat dan di timur” [Faraidu Samthain, jild, Bihar juz, 51, halaman 71]
Dari Jabir bin ’Abdillah,
Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى
يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ –
فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ
صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ
اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
”Sekelompok dari umatku ada yang
akan terus membela kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat turunlah
’Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata, ”(Wahai Nabi
Isa), pimpinlah shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab, ”Tidak.
Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam (pemimpin).
Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.” [HR. Imam Muslim no. 156]
dari Abu Sa’id Al Khudri,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ
فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا
مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ
يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى
فَيَقُولُ خُذْ
“Akan ada pada umatku Al Mahdi.
Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun.
Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka
rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan
menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang
mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan,
‘Ambillah’.” [HR.
Ibnu Majah no. 4083. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi
Rabb yang jiwaku yang berada di tangan-Nya, sudah dekat saatnya dimana akan
turun pada kalian ('Isa Ibnu Maryam) sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib,
membunuh babi, menghapus jizyah (upeti/pajak), dan akan melimpah ruah
harta benda sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya." [HR. Bukhari dalam kitab Ahaaditsul Anbiyaa' bab
Nuzuulul 'Isa Ibni Maryam (no.3448), Fathul Baari (VI/490-494)
dan HR. Muslim dalam Kitaabul Limaan bab Nuzuul
'Isa Ibni Maryam Haakiman bi Syari'ah Nabiyyinaa Muhammad]
Dari Abu Said radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bercerita
tentang Dajjal. Salah satu yang beliau ceritakan,
يَأْتِى الدَّجَّالُ وَهُوَ
مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِينَةِ ، فَيَنْزِلُ بَعْضَ
السِّبَاخِ الَّتِى تَلِى الْمَدِينَةَ ، فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ
وَهْوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ ، فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّكَ
الدَّجَّالُ الَّذِى حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – حَدِيثَهُ
، فَيَقُولُ الدَّجَّالُ أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ ،
هَلْ تَشُكُّونَ فِى الأَمْرِ فَيَقُولُونَ لاَ . فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ
فَيَقُولُ وَاللَّهِ مَا كُنْتُ فِيكَ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّى الْيَوْمَ .
فَيُرِيدُ الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلاَ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ
“Dajjal datang dan diharamkan masuk jalan Madinah. Lalu ia
singgah di lokasi yang tak ada tetumbuhan dekat Madinah. Kemudian ada
seseorang yang mendatanginya, dan ia adalah di antara manusia terbaik, dia
berkata, ‘Saya bersaksi bahwa engkau adalah Dajjal yang telah diceritaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Kemudian Dajjal mengatakan, ‘Apa
pendapat kalian jika aku membunuh orang ini lantas aku menghidupkannya, apakah
kalian masih ragu terhadap perkara ini?’
‘Tidak’. Jawab
mereka.
Dajjalpun membunuh orang ini kemudian menghidupkannya.
Orang tersebut mengatakan, ’Demi Allah, pada hari ini aku semakin
yakin bahwa kamu adalah dajjal.’ Lantas Dajjal ingin membunuh orang itu lagi,
namun ia tak mampu membunuhnya.” (HR. Bukhari 7132)
Dalam riwayat lain, terdapat keterangan tambahan,
قَالَ: فَيُؤْمَرُ بِهِ
فَيُؤْشَرُ بِالْمِئْشَارِ مِنْ مَفْرِقِهِ حَتَّى يُفَرَّقَ بَيْنَ رِجْلَيْهِ،
قَالَ: ثُمَّ يَمْشِي الدَّجَّالُ بَيْنَ الْقِطْعَتَيْنِ، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ:
قُمْ، فَيَسْتَوِي قَائِمًا، قَالَ: ثُمَّ يَقُولُ لَهُ: أَتُؤْمِنُ بِي؟
فَيَقُولُ: مَا ازْدَدْتُ فِيكَ إِلَّا بَصِيرَةً، قَالَ: ثُمَّ يَقُولُ: يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لَا يَفْعَلُ بَعْدِي بِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ
Lalu Dajjal memerintahkan agar orang itu digergaji dari ujung
kepala hingga pertengahan antara kedua kaki. Setelah itu Dajjal berjalan di
antara dua potongan tubuh itu lalu berkata, ‘Berdirilah!’ Tubuh itu pun berdiri
utuh. Selanjutnya Dajjal bertanya padanya, ‘Apa kau beriman padaku?’ Ia
menjawab, ‘Aku semakin yakin tentang siapa kamu.’ Setelah itu orang itu berkata, ‘Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dilakukan seperti ini
setelahku.’ (HR. Muslim 2938).
Dari An Nawwas bin Sam’an berkata, “Pada
suatu pagi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyebut Dajjal, beliau
melirihkan suara dan mengeraskannya hingga kami mengiranya berada di sekelompok
pohon kurma. …
فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ
فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِىَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ
وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ إِذَا طَأْطَأَ رَأَسَهُ قَطَرَ وَإِذَا
رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ
نَفَسِهِ إِلاَّ مَاتَ وَنَفَسُهُ يَنْتَهِى حَيْثُ يَنْتَهِى طَرْفُهُ فَيَطْلُبُهُ
حَتَّى يُدْرِكَهُ بِبَابِ لُدٍّ فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يَأْتِى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
قَوْمٌ قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّهُ مِنْهُ فَيَمْسَحُ عَنْ وُجُوهِهِمْ وَيُحَدِّثُهُمْ
بِدَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ
“Saat Dajjal seperti itu,
tiba-tiba ‘Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih
dengan mengenakan dua baju (yang dicelup wars dan za’faran) seraya meletakkan kedua tangannya di atas sayap dua malaikat, bila
ia menundukkan kepala, air pun menetas. Bila ia mengangkat kepala, air pun
bercucuran seperti mutiara. Tidaklah orang kafir mencium bau dirinya melainkan ia
akan mati. Sungguh bau nafasnya sejauh mata memandang. Isa mencari Dajjal
hingga menemuinya di pintu Ludd lalu membunuhnya. Setelah itu Isa bin Maryam
mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia mengusap
wajah-wajah mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka di surga.…”
(HR. Muslim no. 2937)
Kemudian setiap manusia yang
memiliki iman atau kebaikan seberat biji sawi akan meninggal disebabkan oleh
suatu angin yang sejuk. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ
النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ ثُمَّ يُرْسِلُ
اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ فَلاَ يَبْقَى عَلَى وَجْهِ
الأَرْضِ أَحَدٌ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلاَّ
قَبَضَتْهُ
“Lalu Allah mengutus Isa bin
Maryam seperti Urwah bin Mas’ud, ia mencari Dajjal dan membunuhnya. Setelah itu selama tujuh tahun, manusia tinggal dan tidak ada permusuhan di
antara dua orang pun. Kemudian Allah mengirim angin sejuk dari arah Syam lalu
tidak tersisa seorang yang dihatinya ada kebaikan atau keimanan seberat biji
sawi pun yang tersisa kecuali mencabut nyawanya” (HR. Muslim no.
2940)
Mengapa
tidak ada lagi khilafiah Islam pada zaman ini? Dapat disimpulkan bahwa hal ini
disebabkan Dajjal belum menguasai dunia, Imam Mahdi belum muncul, dan Nabi Isa
a.s. belum turun ke dunia. Belum ada tokoh muslim yang sanggup memimpin seluruh
umat muslim di dunia pada zaman ini. Jika seluruh negara Islam disatukan
sekarang, siapa yang sanggup memimpin? Bahkan di Indonesia saja penentuan Hari
Raya Idul Fitri masih diperdebatkan. Terkadang perayaan Idul Fitri oleh
Muhammadiyah, NU, dan/atau ormas-ormas Islam lainnya berbeda dengan ketetapan
pemerintah.